Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahir Rahmanir Rahim
Pada Asfir kali ini, akan membahas tentang apa hukumnya bercanda yang candaan-nya itu tidak ada/tidak benar?.
Jawaban/Bahasan:
Tidak sekali dua kali kita melihat candaan atau senda gurau yang menyisipkan kebohongan baik di berbagai media maupun dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bercanda memang dapat membuat orang lain tertawa, bahkan ada yang terhibur dan membuat sebagian orang yang mendengarnya bahagia dengan tertawa lepas.
Tetapi tahukah bahwa hal tersebut sangat dilarang dalam Islam. Rasulullah tidak melarang umatnya untuk bersenda gurau, meyenangkan hati anak istri, keluarga, sahabat dan orang-orang disekitar. Rasulullah saw. pun orang yang sangat humoris terhadap keluarganya. Namun, jika dalam bercanda terselip kebohongan, itulah yang dilarang.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar”. (HR. At-Thabrani)
Sahabat muslimah, wapadalah dalam setiap kata yang akan diucapkan, jangan karena ingin terlihat lucu atau membuat orang lain tertawa, kita harus mengorbankan kedustaan yang justru dapat membuat kita celaka. Saat ini banyak sekali orang yang menjadikan kebohongan sebagai sesuatu yang lucu dan ditujukan untuk mengundang tawa orang lain.
Waspadai jenis kebohongan yang sering dianggap remeh.
Pertama, berbohong pada anak kecil. Memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tidak punya atau tidak mau memberi yang dijanjikan tersebut. Ini berlaku juga saat memanggil binatang. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu, “Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku, “Hai kemarilah nanti aku kasih kamu (sesuatu).
Kemudian, Rasulullah bertanya, “Apakah sebenarnya kamu tidak ingin memberinya?”
Ibuku menjawab, “Aku akan kasih dia kurma.” Lalu Rasulullah bersabda, “Adapun jika kamu tidak memberinya apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud)
Kedua, mulut ember. Yaitu menyampaikan setiap apapun yang didengar dari orang. Tidak peduli itu penting atau tidak, tidak peduli kabar benar atau hoax, atau itu adalah berita yang seharusnya ia jaga dengan rahasia. “Cukuplah seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Ketiga, berbohong untuk melucu. Sering kita lihat di acara-acara lawakan televisi, atau bahkan tidak sadar sering kita lakukan saat sedang berkumpul dengan teman-teman kita. “Celakalah orang yang berbicara lantas berdusta untuk sekedar membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Keempat, berbohong saat bercanda. “Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad)
Kelima, bercanda untuk menakut-nakuti orang (Prank). Seringkali keutakutan orang lain dimanfaatkan untuk bahan candaan. Menakut-nakuti temannya dengan sesuatu yang ditakutinya agar orang-orang tertawa melihat tingkahnya. Misalnya, ada teman yang phobia dengan ular atau hewan lainnya, kemudian dengan sengaja ditakut-takuti dengan mainan ular bahkan sampai orang yang ditakutinya menangis ketakutan. Hal ini amat sangat dilarang dalam Islam karena dapat menimbulkan mudharat. Rasulullah bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim membuat takut Muslim yang lainnya“. (HR. Abu Dawud)
Jaminan Surga Bagi Orang Yang Meninggalkan Dusta Meski Bercanda
Rasulullah bersabda: “Aku menjamin sebuah rumah di pinggir Surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun mengandung kebenaran. Aku juga menjamin rumah di tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan kebohongan meskipun bercanda. Dan rumah di puncak Surga bagi siapa saja yang memperbaiki akhlaknya (sampai berakhlakul karimah atau akhlak yang baik)”. (HR. Abu Dawud)
Segala sesuatu yang melampaui batas itu dilarang termasuk dakam hal bercanda. Jangan sampai bercanda secara berlebihan hingga melanggar aturan dan norma-norma. Terlalu banyak bercanda juga akan menjatuhkan wibawa seseorang, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati“. (HR. Ahmad)
Inilah kesempurnaan ajaran agama Islam. Dalam hal sekecil apapun telah diperhatikan dan ada aturan-aturannya. Jika kita mengetahui dan menerapkan adab, aturan atau rambu-rambu dalam bersenda gurau tentu setiap manusia akan selalu merasa tenang, tentram dan aman jika hidup berdampingan dengan umat Islam. Sebab agama telah mengajarkan setiap sendi peradaban manusia dengan tuntunan yang mulia. Semoga ringkasan tentang Larangan Berbohong Meskipun Sekedar Bercanda ini dapat memberikan manfaat bagi sahabat Muslim, sehingga tidak ada lagi dusta yang diakibatkan dari senda gurau yang tak beradab.
___________________________________
Sumber:
Soal dan pembahasan (post original): http://www.curhatmuslimah.com/berdusta-supaya-membuat-orang-tertawa/
Tag: [Asfir]
Tag: [Asfir]
0 komentar:
Posting Komentar