Menebar Manfaat Sesama Umat

Blog Dakwah

Kamis, 18 Januari 2018

Berbagi Artikel

Bismillahir Rahmanir Rahim
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Berbagi Artikel
Bagi yang memiliki artikel sendiri, silakan isi form berikut:


Powered by 123FormBuilder | Report abuse


PENTING! baca Kebijakan Bagi Artikel lebih dahulu
  1. Kami berhak memeriksa tata bahasa sesuai dengan ejaan yang benar. artikel yang telah terkirim, akan di edit kembali oleh tim.
  2. Kami juga memiliki hak untuk menghapus atau mengkonfirmasi pengembalian arikel kiriman yang menyangkut SARA, terdapat Hak Atas Kekayaan Intlektual/Hak Cipta, dan menyangkut isu-isu sensitif
  3. Artikel akan diluncurkan setelah dianalisis
  4. Tidak diizinkan untuk menggunakan kata singkatan pada artikel.
Kabijakan akan di-update secara kondisional
_________________________________________________________________________________
Daftar Admin Gratis

atau, apabila ingin mendaftar menjadi Administrator, isi formulir dibawah ini


Powered by 123FormBuilder | Report abuse

silakan perhatikan Syarat dan Ketentuan berikut:
Kebijakan Pendaftaran
  1. Pendaftar wajib beragama Islam. karena konten yang akan di upload bernuansa islami
  2. tidak ada batasan usia
  3. Pria atau wanita diizinkan mendaftar
  4. Dapat berbahasa Indonesia yang baik
  5. Siap ditugaskan untuk mengoreksi artikel dari para penyumbang
  6. Wajib memiliki Email.
untuk info lebih lanjut tentang pendaftaran, dapat mengirim pesan ke: naufalzhalifunashadaya@gmail.com
Share:

Senin, 15 Januari 2018

Hukum Berbohong Saat Bercanda

Asfir Edisi 2
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahir Rahmanir Rahim

Pada Asfir kali ini, akan membahas tentang apa hukumnya bercanda yang candaan-nya itu tidak ada/tidak benar?.

Jawaban/Bahasan:

Tidak sekali dua kali kita melihat candaan atau senda gurau yang menyisipkan kebohongan baik di berbagai media maupun dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bercanda memang dapat membuat orang lain tertawa, bahkan ada yang terhibur dan membuat sebagian orang yang mendengarnya bahagia dengan tertawa lepas.
Tetapi tahukah bahwa hal tersebut sangat dilarang dalam Islam. Rasulullah tidak melarang umatnya untuk bersenda gurau, meyenangkan hati anak istri, keluarga, sahabat dan orang-orang disekitar. Rasulullah saw. pun orang yang sangat humoris terhadap keluarganya. Namun, jika dalam bercanda terselip kebohongan, itulah yang dilarang.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar”. (HR. At-Thabrani)
Sahabat muslimah, wapadalah dalam setiap kata yang akan diucapkan, jangan karena ingin terlihat lucu atau membuat orang lain tertawa, kita harus mengorbankan kedustaan yang justru dapat membuat kita celaka. Saat ini banyak sekali orang yang menjadikan kebohongan sebagai sesuatu yang lucu dan ditujukan untuk mengundang tawa orang lain.

Waspadai jenis kebohongan yang sering dianggap remeh.

Pertama, berbohong pada anak kecil. Memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tidak punya atau tidak mau memberi yang dijanjikan tersebut. Ini berlaku juga saat memanggil binatang. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu, “Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku, “Hai kemarilah nanti aku kasih kamu (sesuatu).
Kemudian, Rasulullah bertanya, “Apakah sebenarnya kamu tidak ingin memberinya?”
Ibuku menjawab, “Aku akan kasih dia kurma.” Lalu Rasulullah bersabda, “Adapun jika kamu tidak memberinya apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud)
Kedua, mulut ember. Yaitu menyampaikan setiap apapun yang didengar dari orang. Tidak peduli itu penting atau tidak, tidak peduli kabar benar atau hoax, atau itu adalah berita yang seharusnya ia jaga dengan rahasia. “Cukuplah seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Ketiga, berbohong untuk melucu. Sering kita lihat di acara-acara lawakan televisi, atau bahkan tidak sadar sering kita lakukan saat sedang berkumpul dengan teman-teman kita. “Celakalah orang yang berbicara lantas berdusta untuk sekedar membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Keempat, berbohong saat bercanda. “Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad)
Kelima, bercanda untuk menakut-nakuti orang (Prank). Seringkali keutakutan orang lain dimanfaatkan untuk bahan candaan. Menakut-nakuti temannya dengan sesuatu yang ditakutinya agar orang-orang tertawa melihat tingkahnya. Misalnya, ada teman yang phobia dengan ular atau hewan lainnya, kemudian dengan sengaja ditakut-takuti dengan mainan ular bahkan sampai orang yang ditakutinya menangis ketakutan. Hal ini amat sangat dilarang dalam Islam karena dapat menimbulkan mudharat. Rasulullah bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim membuat takut Muslim yang lainnya“. (HR. Abu Dawud)

Jaminan Surga Bagi Orang Yang Meninggalkan Dusta Meski Bercanda

Rasulullah bersabda: “Aku menjamin sebuah rumah di pinggir Surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun mengandung kebenaran. Aku juga menjamin rumah di tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan kebohongan meskipun bercanda. Dan rumah di puncak Surga bagi siapa saja yang memperbaiki akhlaknya (sampai berakhlakul karimah atau akhlak yang baik)”. (HR. Abu Dawud)
Segala sesuatu yang melampaui batas itu dilarang termasuk dakam hal bercanda. Jangan sampai bercanda secara berlebihan hingga melanggar aturan dan norma-norma. Terlalu banyak bercanda juga akan menjatuhkan wibawa seseorang, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati“. (HR. Ahmad)
Inilah kesempurnaan ajaran agama Islam. Dalam hal sekecil apapun telah diperhatikan dan ada aturan-aturannya. Jika kita mengetahui dan menerapkan adab, aturan atau rambu-rambu dalam bersenda gurau tentu setiap manusia akan selalu merasa tenang, tentram dan aman jika hidup berdampingan dengan umat Islam. Sebab agama telah mengajarkan setiap sendi peradaban manusia dengan tuntunan yang mulia. Semoga ringkasan tentang Larangan Berbohong Meskipun Sekedar Bercanda ini dapat memberikan manfaat bagi sahabat Muslim, sehingga tidak ada lagi dusta yang diakibatkan dari senda gurau yang tak beradab.
___________________________________
Sumber:
Share:

Sumber dan Admin

Sumber terbuka
Ust. Ahmad Ali Masykuri

FBM-BS (Forum Bahsul Masail-Bumi Shalawat)
-

K.H. Arya Muhammad Ali, Lc. M. H. I.
FB: Aria Muhammad

http://www.curhatmuslimah.com/


Administrator Halaman



Share:

Minggu, 14 Januari 2018

Boleh kah Menggerakkan Jari Telunjuk Saat Tahiyyat?

Asfir (QnA) edisi 1

Assalamu 'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirahmanirahim

Pada Posting Asfir Pertama Ini, saya membahas tentang hukum menggerakkan jari telunjuk pada saat tahiyyat

Soal:
apakah menggerak-gerakkan jari ketika tahiyat membatalkan sholat?

Jawab:
Di dalam shalat, jika bergerak lebih dari 3 kali adalah batal, maka apabila gerakan sudah tiga kali batallah shalatnya. Tapi, bagian yang dibolehkan gerak lebih dari tiga kali alias boleh gerak adalah hanya jari-jari pada tangan dan kaki.
Maka, dengan adanya pengecualian di atas, tidaklah dipermasalahkan jika ada yang menggerak-gerakkan jarinya saat tahiyyat, dengan syarat, yang gerak hanya jari.

jadi, hal menggerakkan jari saat tahiyat, tidak masalah.

terima kasih,
Semoga manfaat dan barokah.
Salam Aswaja
_________________________________

Sumber:
Soal, penanya dan pembahasan: FBM-BS


Share:

Rabu, 10 Januari 2018

Kekhawatiran Rasul terhadap Umatnya

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

bismillahir rahmanir rahim

pada postingan kali ini saya akan membahas:
APA YANG SEBENARNYA DIKHAWATIRKAN RASULULLAH 14 ABAD YANG LALU TERHADAP UMATNYA SEKARANG?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Syihab, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Hai para sahabat, aku khawatir terjadi tiga perkara yang menimpa komunitas bangsa dan masyarakat." Lantas para sahabat bertanya, "Apa ya Rasulullah yang engkau khawatirkan?"
Pertama, kata Rasulullah, zaalatul 'aalimin, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh para ulama atau tokoh agama. Ulama tidak berfungsi sebagai warosatul anbiya. Ulama tidak lagi menjadi penerang dan panutan umatnya.
Rasulullah khawatir jika hal itu terjadi pada bangsa manapun. Bahkan, yang paling dikhawatirkan adalah manakala ulama telah menyimpang dari keulamaannya. Bukan membimbing umat kepada hal yang benar, justru mengarahkan umat kepada yang menyelamatkan dirinya atau justru mengantarkan umat kepada kebinasaan.
Kedua, wahukmun zairin, yakni supremasi hukum yang tidak benar. Penegakan hukum tidak mencerminkan keadilan. Kalau ini terjadi, kata Rasulullah, hancurlah masyarakat dan bangsa di manapun. Hukum yang mandul, hanya akan menjatuhkan wibawa penguasa, dan orang semakin mudah mempermainkan hukum.
Pada sisi lain, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum semakin menurun. Orang berkantong tebal dan berpangkat tinggi serta dekat dg kekuasaan semakin berani berbuat kejahatan, sebab akan sangat sulit dijerat hukum.
Sementara masyarakat kecil tidak ada yang terlewatkan dari jeratan hukum, sekecil apa pun pelanggaran yang dilakukan. Praktik seperti ini hanya akan menyuburkan berbagai ketidakadilan sosial, suburnya kemaksiatan, dan kejahatan berskala besar.
Kekhawatiran Rasulullah yang ketiga adalah wahwan muttaba'un, manusia sudah mengikuti nafsunya masing-masing. Bila setiap orang sudah memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri sesuai hawa nafsunya dan tidak lagi mementingkan orang banyak, maka hancurlah tatanan masyarakat tersebut.
Inilah egoisme, sifat yang sangat dibenci Islam. Paradigma kaum egois, orang lain tidak dipandang sebagai saudara, tetapi sebagai objek. Objek untuk memuaskan nafsu dan syahwat duniawinya.
Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah. Kekhawatiran yang sudah beliau ungkapkan sejak 14 abad lalu. Dan realitas yang terjadi saat ini hendaknya perlu menjadi renungan dan upaya bersama, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik.

demikianlah postingan saya kali ini, semoga dapat dijadikan bahan renungan dan semoga bermanfaat bil khusus bagi diri saya sendiri dan bil ummum untuk pembaca sekalian.
terima kasih

salam Aswaja
Share:

Berjamaah dengan Imam (ber-) Kopiah Hitam

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahir Rahmanir Rahim

Pada posting pertama saya kali ini, akan membahas masalah:
"Apakah Sah Shalat dibelakang imam yang berpeci hitam?"

kalau saya boleh jujur, apabila anda percaya dengan hukum tsb, maka anda kena jebakan hoax itu!

berikut perlu saya tampilkan gambar sumber yang lengkap



dari gambar diatas tampak sebuah kopiah hitam di sajadah imam dan tiga makmum dibelakang dan di atas gambar tertulis: "Shalat berjamaah kalau imamnya kopiah hitam, maka sholatnya tidak sah alias percuma"

ada orang yang terkecoh dengan tulisannya. mereka menyatakan bahwa "makmum yang berjamaah dengan imam yang kopiahnya hitam, maka shalatnya tidak sah". Perlu diketahui, bahwa kata-kata yang digaris bawah adalah ''... kalau imamnya kopiah hitam ...'' bukan ''... kalau imamnya pakai kopiah hitam ...''.

jadi, tujuan gambar diatas adalah untuk bercanda bahwa jika imamnya hanya sebuah kopiah tanpa orang, maka tidak sah.

demikian pembahasan kali ini, saya harap penjelasan singkat ini dapat dipahami dengan mudah. Bila ada pertanyaan, kritik, saran, tanggapan, silakan tanyakan di komentar atau chat saya di: FB

terima kasih, sekian
Salam Aswaja
Share:

Bukaa Halaman

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Berbagi Artikel

Bismillahir Rahmanir Rahim Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Berbagi Artikel Bagi yang memiliki artikel sendiri, silakan...

Jumlah Pengunjung